Rabu, 13 Januari 2016

TENTANG SAYA

 TENTANG SAYA




TENTANG SAYA


NAMA                        : MUHAMMAD ROZIKIN
TEMPAT LAHIR       : KENDAL
TANGGAL LAHIR   : 04 OKTOBER 1996
ALAMAT                   : DESA PROTOMULYO RT01/RW08,
KEC. KALIWUNGU SELATAN, KAB. KENDAL, PROV. JATENG
AGAMA                     : ISLAM
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD                                           : SDN 02 PROTOMULYO
SMP                                        : MTS NU 19 PROTOMULYO
SMA                                       : SMK NEGERI 4 KENDAL
( REKAYASA PERANGKAT LUNAK )
PERGURUAN TINGGI        : STMIK HIMSYA SEMARANG
NIM : 2115R1075
( JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA )

FB                   : Muhammad Rozikin
Twitter                        : @mukhrozikin

KISAH ISTIGHFAR MBAH KHOLIL BANGKALAN


KISAH ISTIGHFAR MBAH KHOLIL BANGKALAN






Suatu hari Kyai Kholil kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Sang kyai bertanya kepada tamu yang pertama:

Mbah Kholil : "Sampeyan ada keperluan apa?"

Tamu 1 : "Saya pedagang, Kyai. Tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus," ucap tamu pertama.

Beberapa saat Kyai Kholil menjawab,

"Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar,"

pesan kyai mantap.

Kemudian kyai bertanya kepada tamu kedua:

Mbah Kholil : "Sampeyan ada keperluan apa?"

Tamu 2 : "Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan," kata tamu kedua.

Setelah memandang kepada tamunya itu, Kyai Kholil menjawab,

"Jika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar," tandas kyai.

Kini, tiba giliran pada tamu yang ketiga. Kyai juga bertanya,

Mbah Kholil : "Sampeyan ada keperluan apa?"

Tamu 3 : "Saya usaha tani, Kyai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu membayarnya, " ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius.

"Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar," pesan kyai kepada tamu yang terakhir.

Berapa murid Kyai Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu menyuruh memperbanyak membaca istighfar.

Kyai Kholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para santri yang penuh tanda tanya itu. Lalu, Kyai Kholil membacakan al-Qur’an Surat Nuh ayat 10-12 yang artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Mendengar jawaban kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan.

Minggu, 10 Januari 2016

Tanda Hitam Di Dahi Bekas Sujud

Assalamu’alaikum wr. wb
Redaksi Bahtsul Masail NU Online yang terhormat, saya mau menanyakan tentang tanda hitam di jidat. Ada yang bilang kepada saya bahwa tanda di jidat itu menunjukkan kesalehannya. Akibatnya banyak kita jumpai orang-orang dengan sengaja menciptakan tanda hitam di jidatnya dengan cara ketika bersujud menekan jidatnya kuat-kuat sehingga menimbulkan luka yang pada akhirnya muncul tanda hitam di jidatnya. Apakah tindakan seperti dapat dibenarkan? Saya Mohon penjelasan dari Redaksi Bahtsul Masail NU Online, dan atas penjelasannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb (Muhammad Yasin/Banjarmasin).

Jawaban
Assalamu’alaikum wr. wb
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Biasanya orang yang memiliki tanda hitam di jidat itu sering diasumsikan sebagai orang yang rajin shalat sehingga dianggap sebagai perlambang kesalehan seorang muslim.

Namun sepanjang yang kami ketahui, ukuran kesalehan seorang muslim tidaklah ditunjukkan dengan adanya tanda hitam di jidat. Kesalehan selalu mengandaikan prilaku, akhlak, dan moralitas yang luhur. Kendati demikian kami tidak menafikan bahwa ada sebagian orang saleh memiliki tanda hitam di jidatnya tetapi bukan tanda yang dibuat dengan sengaja tetapi lebih karena seringnya bersujud.

Tanda hitam di jidat dalam keterangan yang kami ketahui diserupakan dengan tsafinatul ba’ir sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abi Darda` RA yang terdapat dalam kitab an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar karya Ibnul Atsir.
أَنَّهُ رَأَى رَجُلاً بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلَ ثَفِنَةِ الْبَعِيرِ فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا كَانَ خَيْراً يَعْنِي كَانَ عَلَى جَبْهَتِهِ أَثَرُ السُّجُودِ وَإِنَّمَا كَرِهَهَا خَوْفاً مِنَ الرِّيَاءِ عَلَيْهِ.

Bahwa beliau melihat seorang laki-laki yang di antara kedua matanya terdapat tanda seperti tsafinatul ba’ir. Lantas beliau berkata, “Seandainya tidak ada ini maka ia lebih baik.” Maksudnya adalah di keningnya ada bekas sujud. Beliau tidak menyukainya karena khawatir hal tersebut menimbulkan riya. (Lihat Ibnul Atsir, an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, Beirut al-Maktabah al-‘Ashriyyah, cet ke-1, 1426 H/2005 M, juz, I, h. 200).

Lantas apa makna tsafinatul ba’ir? Sebelum menjelaskan maknanya terlebih dahulu kami akan menyuguhkan penjelasan Ibnul Atsir tentang makna dari kata tsafinah. Menurutnya makna kata tsafinah adalah bagian tubuh yang menempel tanah dari setiap hewan berkaki empat ketika menderum seperti lutut dan selainnya dan terdapat ketebalan sebagai bekas menderum.

اَلثَّفِنَةُ بِكَسْرِ الْفَاءِ مَا وَلِيَ الأَرْضَ مِنْ كُلِّ ذَاتِ اَرْبَعٍ إِذَا بَرَكَتْ كَالرُّكْبَتَيْنِ وَغَيْرِهِمَا وَيَحْصُلُ فِيهِ غِلَطٌ مِنْ أَثَرِ الْبُرُوكِ

At-Tsafinah dengan di-kasrah huruf fa’-nya adalah bagian tubuh yang menempel tanah dari hewan berkaki empat ketika menderum seperti kedua lutut dan selainnya dan terdapat padanya ketebalan dari bekas menderum”. (Lihat, Ibnul Atsir, an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar, Beirut al-Maktabah al-‘Ashriyyah, cet ke-1, 1426 H/2005 M, juz, I, h. 200).
Dengan mengacu pada penjelasan Ibnul Atsir, dapat disimpulkan bahwa makna katatsafinatul ba’ir adalah bagian tubuh unta yang menempel tanah ketika menderum dan menjadi tebal sebagai akibat menderumnya.

Di samping itu mengenai tanda hitam di jidat sebagai bekas sujud yan terdapat dalam hadits riwayat Abi Darda` RA di atas ternyata tidak disukai karena dikhawatirkan akan menimbulkan riya pada pemiliknya. Dengan kata lain, jika dalam hatinya ada riya maka tidak diperbolehkan atau haram, karenanya harus dihilangkan.Senada dengan hadits riwayat Abi Darda` ra adalah hadits riwayat Anas bin Malik RA yang menyatakan bahwa Rasulullah saw tidak menyukai seseorang yang memiliki tanda di antara kedua matanya sebagai bekas sujud.

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : إِنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ وَأْكْرَهُهُ إِذَا رَأَيْتُ بَيْنَ عَيْنِيهِ أَثَرُ السُّجُودِ

Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw bersabda, “Sungguh aku marah dan tidak menyukai seorang laki-laki yang ketika aku melihatnya terdapat bekas sujud di antara kedua matanya.” (Lihat, Muhammad al-Khathib asy-Syarbini, Tafsir as-Sirajul Munir, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, juz, IV, h. 31).

Sedangkan mengenai orang yang secara sengaja membuat tanda hitam di jidat, misalnya ketika ia melakukan sholat bersujud dengan menekan jidat dan menggesekkannya di tempat sujud sehingga menimbulkan tanda hitam di jidat maka jelas tidak dibenarkan. Bahkan al-Biqa`i mengakui adanya sebagian orang-orang yang riya yang dengan sengaja membuat tanda hitam di jidat dari bekas sujud mereka. Padahal itu adalah salah satu identitas orang Khawarij.

وَلَا يُظَنُّ أَنَّ مِنَ السِّيمَا مَا يَصْنَعُهُ بَعْضُ الْمُرَائِينَ مِنْ أَثَرِ هَيْئَةِ السُّجُودِ فِي جَبْهَتِهِ فَإِذًا ذَلِكَ مِنْ سِيمَا الْخَوَارِجِ

“Tak disangka bahwa termasuk tanda bekas sujud adalah tanda bekas sujud di jidat yang sengaja dibuat oleh sebagian orang-orang yang riya. Jika demikian maka itu adalah termasuk identitas atau tanda orang Khawarij”. (Lihat, Burhanuddin Ibrahim bin Umar al-Biqa`i, Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayat wal Atsar, Beirut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1415 H/1995 M, juz, IIV, h. 216).

Apa yang dikemukakan al-Biqa’i hemat kami sangat menarik. Sebab, pernyataan dia setidaknya menjelaskan kepada kita bahwa salah satu perbuatan yang digandrungi kaum Khawarij adalah membuat tanda hitam di jidat dari bekas sujudnya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah ahli ibadah. Perbuatan kaum Khawarij seperti ini tentunya harus kita hindari.



Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb


Sumber : NU Online

Fadilah surat Al Iklas

Kisah ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a.
Pada suatu pagi Rasulullah SAW bersama dengan sahabatnya Anas bin Malik r.a. melihat suatu keanehan. Bagaimana tidak, matahari terlihat begitu redup
dan kurang bercahaya seperti biasanya.

Tak lama kemudian Rasulullah SAW dihampiri oleh Malaikat Jibril.
Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Malaikat Jibril : “Wahai Jibril, kenapa Matahari pagi ini terbit dalam keadaan redup? Padahal tidak mendung?”
“Ya Rasulullah, Matahari ini nampak redup karena terlalu banyak sayap para malaikat yang menghalanginya.” jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : “Wahai Jibril, berapa jumlah Malaikat yang menghalangi matahari saat ini?”
“Ya Rasulullah, 70 ribu Malaikat.” jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : “Apa gerangan yang menjadikan Malaikat menutupi Matahari?”
Kemudian Malaikat Jibril menjawab : "Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah SWT telah mengutus 70 ribu Malaikat agar membacakan shalawat kepada salah satu umatmu.”
“Siapakah dia, wahai Jibril?” tanya Rasulullah SAW.
“Dialah Muawiyah…!!!” jawab Malaikat Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : “Apa yang telah dilakukan oleh Muawiyah sehingga saat ia meninggal mendapatkan
kemuliaan yang sangat luar biasa ini?”
Malaikat Jibril menjawab : “Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Muawiyah itu semasa hidupnya banyak membaca surat Al-Ikhlas di waktu malam, siang, pagi, waktu duduk, waktu berjalan, waktu berdiri, bahkan dalam setiap keadaan
selalu membaca Surat Al-Ikhlas.”
Malaikat Jibril melanjutkan
penuturannya : “Dari itulah Allah SWT mengutus sebanyak 70 ribu malaikat untuk membacakan shalawat kepada umatmu yang bernama Muawiyah tersebut.”

SubhanAllah..

Selasa, 05 Januari 2016

Mengenal lebih jauh tentang Surat Al Ashr

Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Ø   Demi Masa
Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur. Karena umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Umur ini yang digunakan untuk beribadah kepada Allah. Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga.
Ø   Manusia Benar-Benar dalam Kerugian
Manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian sendiri ada dua macam kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.
Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka jahim.
Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal sholeh, (3) saling menasehati dalam kebenaran, (4) saling menasehati dalam kesabaran.
Ø   Mereka yang Memiliki Iman
Yang dimaksud dengan orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Iman itu diperoleh dari ilmu.
Syaikh Sholeh Alu Syaikh berkata bahwa iman di dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqod) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.
Ø   Mereka yang Beramal Sholeh
Yang dimaksud di sini adalah yang melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.
Ø   Mereka yang Saling Menasehati dalam Kebenaran
Yang dimaksud adalah saling menasehati dalam dua hal yang disebutkan sebelumnya. Mereka saling menasehati, memotivasi, dan mendorong untuk beriman dan melakukan amalan sholeh.
Ø   Mereka yang Saling Menasehati dalam Kesabaran
Yaitu saling menasehati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan. Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.
Ø   Sukses pada Diri dan Orang Lain
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dua hal yang pertama (iman dan amal sholeh) untuk menyempurnakan diri manusia. Sedangkan dua hal berikutnya untuk menyempurnakan orang lain. Seorang manusia menggapai kesempurnaan jika melakukan empat hal ini. Itulah manusia yang dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keberuntungan yang besar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 934).
Ø   Sudah Mencukupi dengan Surat Al ‘Ashr
Seandainya Allah menjadikan hujjah hanya dengan surat Al ‘Ashr ini, maka itu sudah menjadikan hujjah kuat pada manusia. Jadi manusia semuanya berada dalam kerugian kecuali yang memiliki empat sifat: (1) berilmu, (2) beramal sholeh, (3) berdakwah, dan (4) bersabar.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,
هذه السورة لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هي لكفتهم
“Seandainya Allah menjadikan surat ini sebagai hujjah pada hamba-Nya, maka itu sudah mencukupi mereka.” Sebagaimana hal ini dinukil oleh Syaikh Muhammad At Tamimi dalam Kitab Tsalatsatul Ushul.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan selamat dari kerugian dunia lan akhirat.

Referensi:
Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
Naskah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dengan sanad dari guru kami, Syaikh Sholeh bin ‘Abdillah bin Hamad Al ‘Ushoimi
Syarh Tsalatsatul Ushul, Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, terbitan Maktabah Darul Hijaz, cetakan pertama, tahun 1433 H.




KISI KISI UAS SEMESTER 1 HIMSYA

1.        Terdapat beberapa teori tentang asal usul agama, salah satunya adalah teori wahyu, apa yang anda ketahui tentang teori wahyu?
Jawab :
Teori ini menyatakan bahwa kelakuan perilaku relegius manusia terjadi karena mendapat wahyu dari Tuhan.Teori ini disebut teori wahyu Tuhan, atau teori Revelasi. Pada mulanya, teori ini berasal dari seorang antropolog dan ilmuwan Inggris bernama Andrew Lang. Sebagai seorang ahli kesusastraan, Andrew Lang banyak membaca tentang kesustraan rakyat dari banyak suku bangsa di dunia. Dalam dongeng-dongeng itu, lang sering mendapatkan adanya seorang tokoh dewa, yang oleh suku-suku bangsa yang bersangkutan di anggap dewa tertinggi, pencipta alam semesta serta isinya, dan penjaga ketertiban alam dari kesulitan.
2.        Menurut anda, bagaimanakah fungsi agama dalam masyarakat?
a           Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
b           Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
c           Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
d          Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
e           Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan masyarakat) yang memukau.
f            Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
g           Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
h           Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.

3.        Mengapa kita harus berpegang teguh pada Al Qur’an dan sunnah ?
Jawab :
Sebagai orang yang mengaku beragam Islam, wajib atas kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi. Karena hanya 2 hal tersebut yang diwariskan nabi kita Muhammad SAW kepada kita semua sebagai umat Islam. Kalau kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi dijamin tidak akan pernah sesat.
Sabda Rasulullah saw: "Aku meninggalkan kalian dua hal. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, yaitu Kitab Alloh dan Sunnah NabiNya" (Hadits Riwayat Malik)
Dari hadits di atas sudah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW sudah memberikan batasan yang jelas dalam menjalankan perintah Allah SWT dan dalam menjauhi larangan-Nya. Batasan-batasan dalam hal ibadah maupun dalam kehidupan bermasyarakat sudah pasti. Untuk hal ibadah harus ada tuntunannya dalam Al Qur'an ataupun Sunnah Nabi. Ibadah jika tanpa didasari ilmu agama yang berdasar pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi akan tertolak bahkan termasuk bentuk kesesatan. Ibadah yang tidak didasari ilmu agama yang berdasar pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi ini maksudnya adalah suatu ibadah baru yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya.

4.        Apa hubungan Al Qur’an dan sunnah ?
Jawab :


5.        Jelaskan bahwa aqidah dapat menumbuhkan kedisiplinan?
Jawab :
Disiplin yang dimaksud adalah kepatuhan atau ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam (sunnahtullah) dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, meliputi disiplin waktu dan disiplin dalam bekerja.

6.        Mengapa keberadaan aqidah islam sangat menentukan bagi seorang muslim?
Jawab :
a             Sebagai landasan/Pondasi seluruh ajaran Islam. Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainya, yaitu syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas bagunan keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
b             Untuk membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat. Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatanya di dunia.
c             Untuk menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti  bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya.
d            Untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non muslim. Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius di kalangan para ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti Suni.

7.        Jelaskan perbedaan antara nabi dan rasul!
Jawab :
Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah : seorang Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap umatnya.

8.        Sebut dan jelaskan empat sifat wajib bagi nabi dan rasul !
Jawab :
Para Nabi dan Rasul mempunyai 4 sifat wajib dan 4 sifat mustahil, serta satu sifat jaiz, yaitu :
a           Shiddiq (benar) >< Kizib (dusta).
b          Amanah (dapat dipercaya) >< Khianat (curang).
c           Tabliqh (Menyampaikan wahyu kepada umatnya)  >< Kitman (menyembunyikan Wahyu).
d          Fathonah (Pandai/cerdas) >< Jahlun (Bodoh).

9.        Bagaimana cara Allah menurunkan wahyu-Nya kepada nabi dan rasul ?
Jawab :
Allah swt dalam menurunkan wahyu kepada nabi dan rasul-Nya pada hakikatnya terdiri atas dua cara. Pertama, yakni melalui perantaraan Jibril as yang memang tugasnya sebagai malaikat pembawa wahyu. Kedua, yakni tidak melalui perantaraan.
Cara Pewahyuan melalui Perantaraan Malaikat Jibril
Mengenai cara pewahyuan melalui perantaraan malaikat Jibril tersebut, juga terdiri atas beberapa macam, yakni;
a         Cara pertama, datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat buat Rasul. Apabila wahyu yang turun kepada rasulullah saw dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya, dan suara itu mungkin sekali suara “kepakan” sayap-sayap malaikat, seperti yang diisyaratkan di dalam hadis : Ali bin ‘Abdullah, memberitakan kepada kami, dari Sufyan, dari Umar, dari Ikrimah, dari Abu Hurairah, ia disampaikan oleh Nabi saw dalam sabdanya: Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata rantai di atas batu-batu yang licin (HR. al-Bukhari)
b        Cara kedua, malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu lebih ringan ketimbang cara pertama tadi dalam pewahyuan. Dalam hal ini, Rasul berhadapan langsung dengan malaikat.
Cara Pewahyuan tanpa Perantaraan Malaikat Jibril
Mengenai cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, adalah ;
a           Mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yakni ; Yahya bin Bukair memberitakan kepada kami, ia berkata dari al-Laiś, dari Uqail, dari Ibn Syihab, dari Urwah bin al-Zubayr, dari Asiyah Umm al-Mu’minīn, ia berkata : Sesunggungnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah saw adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimi itu datang bagaikan terangnya pagi hari. Menurut keterangan dari berbagai rujukan (literatur), ditemukan pen-jelasan bahwa Rasulullah saw menerima wahyu dengan cara mimpi, sebagai persiapan baginya untuk menerima wahyu dalam keadaan sadar. Di dalam al-Quran wahyu yang diturunkan ketika beliau dalam keadaan sadar, kecuali bagi banyak orang yang mendakwakan bahwa surat al-Kauśar diturunkan melalui mimpi.
b          Wahyu diterima dari balik tabir tanpa melalui perantara, adalah sebagaimana yang terjadi pada nabi Mūsa as.
Cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas adalah berlaku umum bagi semua nabi dan rasul Allah. Sedangkan cara pewahyuan al-Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad saw menurut pada ahli (mufassir) adalah terdiri atas atas tujuh cara, yakni ;
·   Dengan mimpi.
·   Dicampakkan ke dalam jiwa Nabi saw (dihembuskan ke dalam jiwanya) perkataan yang dimaksudkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-Syura (42) ayat 52.
·       Wahyu datang kepada Nabi saw seperti gerincingan lonceng, yakni Nabi saw mendengar suara yang sangat kerasnya menyerupai gerincingan lonceng yang keras. Martabat inilah yang paling berat diterima Nabi saw.
·       Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupa seorang laki-laki yang sangat elok rupanya.
·       Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli, yang mempunyai enam ratus sayap.
·       Allah membicarakan Nabi saw dari belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi saw sadar (jaga), sebagaimana yang terjadi pada malam isrā’, ataupun dalam keadaan tidur.
·       Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu al-Quran.
Berkenaan dengan cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas, oleh segolongan mufassir menambahkan bahwa adalagi cara pewahyuan yang tidak disebutkan belum disebutkan, yakni Tuhan langsung berbicara dengan Nabi saw bermuka-muka tanpa hijab. Pendapat ini berdasarkan kepada faham bahwa nabi saw mampu melihat Allah dengan mata kepala.

10.    Sebutkan keistimewaan Al – Qur’an sebagai kitab Allah SWT yang terakhir!
Jawab :
·              Al Quran terpeliharanya kemurnian sejak pertama kali diturunkan hingga akhir zaman Al Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang masih asli dan murni isi dan ajaran-ajaranya walaupun sudah mencapai usia kurang lebih 15 abad lamanya. Allah berfirman : "Sesungguhnya kami telah menurunkan Al Quran dan sedungguhnya Kami tetap memelihara" (QS. Al Hijr:9). Penulisan Al Quran itu di koordinir oleh Rasullullah SAW sendiri, sehingga kalau ada kekeliruan dapat langsung ditanyakan pada beliau. Disamping itu, banyak para sahabat yang menghafal Al Quran dengan bimbingan Rasulullah SAW. Dan usaha menghafal itu terus dilakukan hingga saat ini, sehingga pemalsuan mudah diketahui.
·              Al Quran memiliki susunan serta gaya bahasa yang sangat indah menakjubkan sehingga tidak mungkin ada yang menyainginya. Tidak ada seorangpun yang dapat menyainginya. Tidak ada seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagunganya. (QS. Al Baqarah : 23 dan QS. Al Isro : 88). Al Quran memiliki jumlah huruf yang seimbang dengan jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padananya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya. Sebagai contoh, kata "hayat" (hidup) berjumlah sama dengan "maut" (mati) masing-masing 145 buah, "akhirat" terulang sebanyak 115 kali sebanyak kata "dunia", kata "malaikat' terulang 88 kali sebanyak kata "syetan", kata "panas" terulang 4 kali sebanyak kata "dingin" dsb. Pantas saja Allah berfirman :"Allah menurunkan kitab Al Quran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan. "(QS. As Syuro' : 17)
·              Isinya bebas dari campur tangan manusia dan tidak ada yang saling bertentangan
·              Isi dan ajaranya sesuai dengan fitrah (kodrat) manusia.
·              Al Quran apabila kita baca sudah merupakan suatu ibadah
·              Al Quran mudah dihafal, dipahami dan diamalkan. (QS. Al Qomar : 17 dan 34)
·              Isinya mencakup dan menyempurnakan ajaran-ajaran kitab-kitab sebelumnya.
·              Isi Al Quran juga ditujukan kepada semua umat manusia, tidak hanya untuk satu bangsa saja. (QS. Saba : 28)
·              Ajarannya sangat universal, sehingga berlaku untuk segala bangsa dan segala zaman serta memberi petunjuk dan pedoman yang lengkap, mendalam, dan mencakup semua kehidupan.
·              Al Quran mengandung prinsip persamaan derajat
·              Pembawanya (Muhammad) adalah orang yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) sehingga dapat membuktikan bahwa Al Quran itu benar-benar dari Allahbukan karangan manusia.
·              Diturunkanya Al Quran sebagai rahmat dari Allah. (QS. Al Isro':82)