MENGENAL LEBIH DALAM
SURAT AL LAHAB
بسم الله الرحمن
الرحيم
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ
وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ
لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ
مَسَدٍ (5)
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
[1] “Celakalah kedua tangan
Abu Lahab, dan binasalah ia.”
Abu Lahab adalah salah satu
paman nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat memusuhi nabi dan suka
menyakiti beliau. Oleh sebab itulah Allah mencelanya dengan celaan yang sangat
keras yang akan berbuah kehinaan baginya hingga hari kiamat tiba (lihat Taisir
al-Karim ar-Rahman [2/1307]).
[2] “Tidak bisa mencukupinya
harta maupun apa yang diusahakan olehnya.”
Artinya tidak akan bisa menolak
azab Allah harta atau apa yang diusahakan olehnya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman
[2/1307]).
[3] “Kelak dia akan masuk ke
dalam neraka yang menyala-nyala.”
Artinya kelak dia akan dikepung
oleh jilatan api neraka dari segala sisi (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman
[2/1307]).
[4] “Demikian juga istrinya
sang membawa kayu bakar.”
Istri Abu Lahab juga sangat
memusuhi dan suka menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersama
dengan suaminya, dia bahu-membahu melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran. Dia
berusaha sekuat tenaga untuk menyakiti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh sebab itu dia ‘berhasil’ menumpuk-numpuk dosa di atas punggungnya laksana
orang yang memanggul kayu bakar (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1308]).
Ahli tafsir yang lain yaitu
Mujahid menafsirkan bahwa ungkapan ‘sang pembawa kayu bakar’ merupakan kiasan
yang bermakna orang yang suka mengadu-domba. Dahulu, Ummu Jamil -istri Abu
Lahab- suka menebar fitnah demi mengadu-domba antara nabi dan para sahabatnya
dengan kaum musyrikin. Karena perbuatannya itulah yang menyebabkan dia dijuluki
sebagai sang pembawa kayu bakar (lihat Umdat al-Qari’ [20/12])
[5] “Yang di lehenya ada
tali (kalung) dari sabut.”
Seperti layaknya orang yang
memanggul kayu bakar di atas punggungnya yang mengikatkan tali di lehernya.
Bisa juga dimaknakan, bahwa kelak di neraka dia lah yang akan membawa kayu
bakar untuk membakar suaminya seraya mengalungi tali dari bahan sabut di
lehernya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1308]).
Pelajaran yang bisa dipetik dari
surat ini, antara lain:
1. Salah satu mukjizat dari Allah dengan diturunkannya surat ini -yang berisi kabar bahwa Abu Lahab dan istrinya akan masuk neraka- sedangkan mereka berdua masih dalam kondisi hidup
2. Konsekuensi dari surat ini adalah bahwa mereka berdua tidak akan masuk Islam, dan hal itu benar-benar terjadi sebagaimana yang diberitakan oleh Allah (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman [2/1308]).
3. Surat ini juga menunjukkan keabsahan pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik (lihat adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [6/479])
4. Sebuah sunnatullah di dalam dakwah, bahwa seorang da’i senantiasa dihadapkan dengan musuh-musuh yang menentang dan merongrong dakwahnya. Bahkan, terkadang yang memusuhi dakwah adalah orang yang dekat dengan dirinya secara nasab/garis keturunan. Walaupun begitu, seorang da’i harus membekali dirinya dengan kesabaran dan keyakinan agar dakwahnya tetap terus berjalan. Karena kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya itulah yang paling utama harus dibela dan dikedepankan. Dia tidak ridha apabila Allah dan rasul-Nya dilecehkan dan dihinakan.
Oleh sebab itu, siapa pun yang
menentang Allah dan rasul-Nya -meskipun sanak saudaranya sendiri- akan dia
musuhi dan dia lebih memilih sikap untuk berlepas diri. Allah ta’ala telah
memberikan teladan dalam ayat-Nya (yang artinya), “Sungguh telah ada pada
diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya sebuah teladan yang bagus. Yaitu
ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari
perbuatan kalian, dan telah tampak jelas antara kami dengan kalian permusuhan
dan kebencian, sampai kalian beriman kepada Allah semata.” (QS.
al-Mumtahanah: 4).
Allah ta’ala juga berfirman
(yang artinya), “Tidak akan kamu temukan suatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, akan berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan rasul-Nya, walaupun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, atau
anak-anak mereka, atau saudara-saudara mereka, atau sanak kerabat mereka…”
(QS. al-Mujadalah: 22)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar