Surat ini
turun bersamaan dengan surat Al Falaq, ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam terkena sihir yang dilakukan oleh Labid bin al-A’shom
seorang Yahudi yang meletakkan rontokan rambut Rasulullah yang berjumlah 11
helai di bawah sebuah batu yang berada di bawah sumur yang berair. Oleh
karenanya, jumlah ayat dari dua surat An Nas dan Al Falaq adalah 11 ayat ;
surat an-Nas berjumlah 6 ayat sedang surat al-Falaq berjumlah 5 ayat.
Dalam surat
ini, Allah memerintahkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam
untuk berlindung kepada Allah dari was-was syaitan. Perintah kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam berarti juga perintah kepada
umatnya. Di dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin berlindung dari
bahaya apapun juga, kita akan berlindung kepada sesuatu yang kuat.
Umpamanya kita ingin menghindari dari bahaya banjir, maka kita akan berlindung
di suatu tempat yang tinggi dan kuat yang bisa menahan arus banjir. Atau kita
ingin terhindar dari sambaran petir, maka kita akan mencari rumah yang
dilengkapi dengan perlengkapan penangkal petir, begitu seterusnya.
Kaitannya
dengan surat An-Nas ini adalah kita diperintahkan berlindung dari bahaya godaan
syetan, yang selalu membisikan ke dalam dada manusia. Syetan adalah musuh yang
sangat berbahaya, kita tidak bisa melihat mereka, tetapi mereka melihat kita.
Oleh karena itu kita memerlukan perlindungan dari serangan-serangan
syetan yang datang bertubi-tubi, tiada henti-hentinya tersebut. Maka
Allah menjelaskan bahwa tidak ada tempat berlindung dari itu semua kecuali
Allah. Pertanyaannya adalah kenapa harus kepada Allah, seberapa kekuatan yang
dimiliki-Nya sehingga kita harus berlindung kepada-Nya ? Maka Allah menjelaskan
itu semua pada ayat-ayat di bawah ini :
Ø Pertama
:
قُلْ أَعُوْذُ
بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb manusia. “
Maksud Allah sebagai Rabb manusia adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta, pemilik, pengatur, penguasa dan pemberi rezeki seluruh umat manusia. Bahkan Allah juga Rabb (pencipta, pemilik, pengatur, penguasa, pemberi rezeki) seluruh Alam semesta ini beserta isinya, termasuk di dalamnya para syetan yang selalu menggoda manusia. Artinya sangat wajar dan memang seharus begitu, kita berlindung dari kejahatan syetan kepada Rabb (Dzat Yang Menciptakan Syetan itu sendiri), sehingga dipastikan bisa menanganinya, dan dipastikan kita akan selamat.
Mengakui
Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pemilik, Perawat, Pemberi Rezeki, Yang Menurunkan
hujan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Memberi Sakit, Yang
Menyembuhkan), adalah bentuk dari Tauhid Rububiyah. Orang yang
menyakini bahwa selain Allah, seperti Jin, para wali-wali Allah yang sudah
meninggal dalam kuburan-kuburan mereka, para dukun, bahwa mereka bisa
memberikan manfaat dan mudharat, bisa mengabulkan permohonan berupa harta,
jodoh atau anak, maka dia telah mensyirikan Allah dalam Rububiyah-NYa.
Orang-orang
musyrik kadang mentauhidkan Allah dalam Rububiyah-Nya, sebagaimana di dalam
firman Allah :
هُوَ
الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي
الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ
عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ
بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ
هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“ Dialah
Tuhan yang menjadikan Kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan.
Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu
membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan
mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang
dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya
jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk
orang-orang yang bersyukur".( Qs Yunus (10) : 22-23 )
Begitu juga
Iblis kadang mengakui Allah sebagai pencipta, sebagaimana di dalam firman
Allah :
قَالَ
ياإِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلاَّ تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ قَالَ لَمْ أَكُن
لاِسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ قَالَ
فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ
الدِّينِ قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِى إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ
الْمُنظَرِينَ إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ
“ Allah
berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama
mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan
sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk". Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya
kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari
kiamat". Berkata iblis: "Ya Tuhanku,
(kalau begitu) maka beri tangguhlah ( hidupkan aku ) kepadaku
sampai hari (manusia) dibangkitkan".Allah berfirman: "(Kalau begitu)
maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. “ (
Qs al-Hijr (15) : 32-37 )
Oleh
karenanya, belum tentu orang yang mentauhidkan Rububiyah, pasti dia telah
mentauhid Uluhiyah. Belum tentu orang yang mengakui bahwa sang pencipta adalah
Allah, pasti dia hanya menyembah Allah saja.
Di dalam
banyak firman-Nya, Allah swt mengajak orang-orang musyrik yang telah mengakui
Tauhid Rububiyah agar mereka meningkatkan hal itu untuk mengakui Tauhid
Uluhiyah, salah satunya di dalam firman Allah :
قُلِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ
أَمَّا يُشْرِكُونَ (59) أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ
لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا
كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ
يَعْدِلُونَ (60) أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا
أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا
أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61) أَمَّنْ يُجِيبُ
الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ
الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (62) أَمَّنْ
يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ
بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا
يُشْرِكُونَ (63) أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64)
Katakanlah:
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang
dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan
dengan Dia?"
Atau
siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Atau
siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung
untuk (mengokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di
samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka
tidak mengetahui.
Atau
siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia
berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).
Atau
siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan
siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum
(kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha
Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
Atau
siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian
mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari
langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah:
"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang
benar".( Qs An Naml : 59- 64 )
Ø Kedua
:
مَلِكِ النَّاسِ
“
(Allah adalah) Raja Manusia “
Allah sebagai
raja manusia yang sebenarnya, penguasa manusia yang sebenarnya. Dia-lah raja
manusia di dunia dan akherat. Adapun manusia yang menjadi raja di dunia
ini, bukanlah raja yang sebenarnya. Mereka sebenarnya tidaklah memiliki
apa-apa, kecuali dengan izin Raja Manusia yaitu Allah.
Ayat ini ditujukan
kepada dua kelompok manusia :
Kelompok
Pertama : Kepada rakyat dan masyarakat umum.
Sebagian
masyarakat terlalu mengagungkan pemimpin dan raja mereka, sehingga memberikan
hak kepada mereka yang sebenarnya hanya milik Allah saja.
Ayat ini
mengingatkan kepada mereka semuanya bahwa satu-satunya Raja yang berhak
disembah adalah Allah subhanahu wa ta’ala, tidak yang lainnya.
Orang-orang
Nasrani telah menyembah para pendeta dan tokoh-tokoh agama mereka dengan cara
mentaati mereka secara membabi buta, walaupun mereka menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Allah ataupun mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, merekapun
tetap mentaatinya. Inilah bentuk penyembahan mereka terhadap para pendeta
tersebut. Allah berfirman :
اتَّخَذُوا
أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ
ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا
هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“ Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam;
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan “( Qs at Taubah ( 9 ) : 31)
Salah
seorang sahabat yang bernama Adi bin Hatim ketika mendengar ayat ini, beliau
berkata kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah, sebenarnya mereka tidak
menyembah para pendeta tersebut. “ Maka Rasulullah bersabda : “ Bukankah
para pendeta itu mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang
haram, kemudian mereka mengikutinya ? Itulah bentuk peribadatan mereka kepada
para pendeta tersebut.”
Oleh karenanya,
seorang muslim tidak boleh mentaati seorang pemimpin yang memerintahkan kepada
sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, karena sesungguhnya
sebenar-benar raja dan pemimpin adalah Allah.
Kelompok
Kedua : ayat ini ditujukan kepada para raja, dan para
penguasa.
Ayat
ini menjelaskan bahwa sebenarnya manusia itu bukanlah penguasa, tetapi mereka hanyalah
pemegang amanat kekuasaan yang diberikan Allah kepada mereka. Bukankah Allah
yang mengangkat seorang raja dan melengserkannya. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ
بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
“
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Qs Ali Imran : 26 )
Oleh
karena itu, seseorang tidak boleh menyebut dirinya raja diraja, atau Syahinsyah
( untuk orang Persia ), Syah Jihan ( untuk orang India ) karena raja
diraja adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam suatu
hadist Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
إنَّ أَخْنَعَ
اسْمٍ عِنْدَ اللهِ - عز وجل - رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ
“
Sesungguhnya serendah-rendah nama di sisi Allah adalah orang yang menamakan
dirinya raja diraja “ ( HR Bukhari dan Muslim)
Ø Ketiga
:
إِلَهِ
النَّاسِ
(
Allah adalah) Sesembahan Manusia
“ Ilah “
artinya sesembahan. Kalimat :“ La Ilaha illallah
“ artinya tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Para ulama menyebut
kalimat ini sebagai kalimat tauhid “ Tauhid Uluhiyah. “. Apa itu
Tauhid Uluhiyah ?
Tauhid
Uluhiyah adalah mentauhidkan Allah di dalam ibadah, yaitu seseorang
tidaklah boleh beribadah kecuali kepada Allah, tidaklah bertawakkal kecuali
kepada Allah, tidaklah meminta kecuali kepada Allah, tidaklah mengharap kecuali
kepada Allah, tidaklah takut kecuali kepada Allah.
Tauhid
Uluhiyah ini adalah tauhid yang dibawa para nabi sejak nabi
Nuh hingga nabi Muhammad. Karena tauhid inilah, maka
diciptakan syurga dan neraka, ditiupkan terompet peperangan antara pembela
tauhid ini dengan para musuhnya. Karena tauhid inilah, maka manusia dan
jin diciptakan. Karena tauhid inilah para nabi diusir dari kampung halaman
mereka. Tuhid Uluhiyah ini merupakan inti dakwah para Rasul, inti dari agama
Islam, inti dari kandungan Al Qur’an dan inti dari surat Al Fatihah.
Di dalam surat
an-Nas ini ada tiga macam tauhid : Tauhid Rubiyah, Tauhid Mulkiyah,
Tauhid Uluhiyah.
Perbedaan
mendasar antara Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah
bahwa Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah di dalam perbuatan-Nya (
Allah sebagai subyek ), sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah
mentauhidkan Allah di dalam ibadah. ( Allah sebagai obyek ). Tauhid
Rububiyah hampir semua makhluq mengakuinya, termasuk iblis. Sedangkan Tauhid
Uluhiyah hanya orang muslim saja yang mengakuinya.
Ø Keempat
:
مِنْ شَرِّ الوَسْوَاسِ
الخَنَّاسِ
“ Dari
Kejahatan (Bisikan) Syaitan Yang Biasa Bersembunyi “
Di dalam ayat
tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa sifat syetan
adalah suka bersembunyi dan lari terbirit - birit, khususnya jika mendengar
adzan dan mendengar nama Allah disebut. Ini sesuai dengan hadits Abu
Hurairah :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا
يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ
بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ
بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ
يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jika panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan
akan lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak
mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan
kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan kembali berlari
dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap
masuk kepada hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus
saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat
yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya."( HR Bukhari dan
Muslim )
Syetan itu
duduk di hati manusia, jika dia lengah, segera dia membisikan ke dalamnya, jika
manusia itu mengingat Allah, dia akan lari.
Di dalam
tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa syetan itu akan membisikan ke dalam
hati manusia di saat ia sedih sekali dan di saat ia gembira sekali, namun jika
dia mengingat Allah, maka syetan itu akan bersembunyi.
Telah
terbukti, bahwa orang yang sedang dirundung kesedihan yang amat sangat dan
kesenangan yang amat sangat tanpa disertai dengan menyebut nama Allah,
maka syetan akan merasukinya, dan begitulah sering terjadi kesurupan, yang
kadang menimpa juga kepada orang-orang Islam yang lengah mengingat Allah.
Di salah satu
pesantren yang terletak di daerah Jawa Barat, sering terjadi kesurupan massal
yang menimpa beberapa santriwatinya. Setelah diselidiki, ternyata jiwa para
santriwati yang kesurupan tersebut sangat labil dan kosong. Salah seorang
santriwati kedapatan sangat sedih sekali kehilangan teman akrabnya yang sedang
pulang karena sakit. Nah, kesedihan yang berlarut, tanpa diiringi dengan dzikir
kepada Allah, akan menjadi korban bisikan syetan dan berlanjut kepada
kesurupan, na’udzubillahi min dzalik.
Ini
sesuai dengan firman Allah :
وَمَن
يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَاناً فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم
مُّهْتَدُونَ حَتَّى إِذَا جَآءَنَا قَالَ يالَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ
الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ وَلَن يَنفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذ ظَّلَمْتُمْ
أَنَّكُمْ فِى الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
“
Barang siapa yang berpaling dari Mengingat Allah (
Petunjuk Allah ) Yang Maha Pemurah (yaitu Al Qur'an), Kami adakan
baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya.” ( Qs. Az Zukhruf : 36)
Ø Kelima
:
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي
صُدُوْرِ النَّاسِ
“ Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia. “
Bisikan
syetan pada hati manusia sangat banyak dan beragam, semuanya mengarahkan kepada
kemaksiatan dan kejahatan.
Bisikan ini
ditujukan kepada shodrun ( dada ) manusia. Kenapa shodrun
( dada ), tidak qalbun ( hati ), dan tidak pula fuad ( hati )
? Jawabannya bahwa sebenarnya tiga kata itu maknanya sama, hanya
berbeda dalam penggunaannya saja. Shodrun ( Dada ) adalah tempat
dimana ada fuad dan qalbun ( hati ).
Qalbun
berarti sesuatu yang sering berbolik-balik. bisa membalikkan qalbun hanyalah
Allah swt. Di dalam doa’ disebutkan :
يَا مُقَلِّبَ
الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ.
“ Ya Allah,
Yang Membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku ini agar selalu berada di dalam
agama-Mu “ ( HR Tirmidzi )
Hadist lengkapnya
adalah sebagai berikut :
عَن
شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
كَانَ عِنْدَكِ قَالَتْ كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ
ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ
دُعَاءَكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ قَالَ يَا
أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِيٌّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ
مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ فَتَلَا
مُعَاذٌ { رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا }
Dari Syahr
bin Hausyab ia berkata; aku katakan kepada Ummu Salamah; Wahai Ummul mukminin,
apakah doa Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam yang paling sering,
apabila ada padamu? Iaberkata; doa beliau yang paling sering adalah: "Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika" (Wahai Dzat
yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu).
Ummu
Salamah berkata; wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa: "Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii 'Alaa Diinika" (Wahai
Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu).
Beliau
berkata: "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun
melainkan hatinya berada diantara dua jari diantara jari-jari Allah, barang
siapa yang Allah kehendaki maka Dia akan meluruskannya dan barang siapa yang
Allah kehendaki maka Dia akan membelokkannya."
Kemudian
Mu'adz membaca ayat: "Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami." (
HR Tirmidzi, beliau berkata; hadits ini adalah hadits hasan)
Bisikan
syetan kepada manusia meliputi bisikan dalam masalah aqidah dan ibadah.
Dalam masalah
aqidah, syetan membisikan manusia agar ragu-ragu dengan Allah,
sampai-sampai dia menanyakan : “ Siapa yang menciptakan Allah ? Ini sebagaimana
yang terdapat dalam hadist Abu Hurairah :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ
فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ
بِاللَّهِ
عَنْ
هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاءَ مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ فَيَقُولُ اللَّهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِهِ
وَزَادَ وَرُسُلِهِ
Dari Abu
Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Manusia senantiasa bertanya-tanya hingga ditanyakan, 'Ini, Allah
menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah', maka barangsiapa
mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka hendaklah dia berkata, 'Aku beriman
kepada Allah'."
Dari
Hisyam bin Urwah dengan sanad ini, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Setan datang kepada
salah seorang dari kalian lalu berkata, 'Siapakah yang menciptakan langit,
siapakah yang menciptakan bumi? ' lalu dia menjawab, 'Allah', kemudian
menyebutkan dengan semisalnya, dan dia menambahkan kalimat, 'Dan Rasul-Nya'.(
HR Muslim )
Adapun
bisikan syaitan dalam ibadah adalah : merasa keluar angin
dalam sholat, padahal itu hanya bisikan syaitan saja. Dalam hal ini Rasulullah
shallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ
مِنْهُ شَيْءٌ أَمْ لَا فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ
صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Dari Abu
Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Apabila salah seorang dari kalian mendapatkan sesuatu yang kurang beres
dalam perutnya, lalu rancu baginya perkara tersebut, apakah keluar atau tidak,
maka janganlah dia keluar dari masjid hingga dia mendengar suara (kentut) atau
mendapatkan baunya." ( HR Bukhari dan Muslim )
Termasuk bisikan syetan dalam ibadah adalah
seseorang melamun dalam sholat dan mengingat sesuatu, sehingga dia lupa berapa
rekaat dia sudah sholat. Ini sesuai dengan hadits Abu Hurairah :
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا
يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ
بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ
بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ
يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika panggilan
shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil mengeluarkan kentut
hingga ia tidak mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai
maka setan akan kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan kembali berlari
dan jika iqamat telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap
masuk kepada hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus
saja dia melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat
yang sudah dia laksanakan dalam shalatnya."( HR Bukhari dan
Muslim )
Termasuk bisikan
syaitan dalam ibadah, adalah berlama-lama di kamar mandi, atau merasa bahwa air
kencingnya belum bersih, atau belum keluar semua. Ada juga sebagian orang yang
sudah keluar kamar mandi, masuk lagi dan terus begitu berkali-kali. Maka untuk
menghilangkan bisikan syetan seperti itu, para ulama menganjurkan untuk
membasahi celana kita dengan air, sehingga ketika merasa ada sesuatu yang keluar
dari anggota tubuhnya, dan didapatkan celananya basah, akan terbetik bahwa
basah tersebut penyebabnya adalah air bersih yang dipercikkan. Dengan demikian
hilanglah bisikan syetan tersebut.
Bisikan
syetan juga mempunyai dua bentuk :
Bentuk
Pertama: Fitnah Syubhat, yaitu bisikan syetan
ke dalam hati manusia agar salah di dalam memahami ajaran agama Islam ini.
Fitnahi ini terjadi akibat kebodohan. Fitnah Subhat inilah yang menimpa kaum
Nashrani, maka mereka menjadi orang-orang yang sesat ( Dhallun).
Fitnah ini kemudian merembet kepada orang-orang Islam, sehingga merasuki
sebagian orang-orang sufi, aliran-aliran sesat dan ahli bid’ah dan
sejenisnya.
Bentuk
Kedua : Fitnah Syahwat, yaitu bisikan syetan ke dalam hati
manusia agar bermaksiat kepada Allah dan agar mengikuti hawa nafsunya.
Seseorang yang terkena fitnah syahwat ini, akan lebih mementingkan kesenangan
dunia dibandingkan kehidupan akherat. Fitnah Syahwat inilah yang menimpa
orang-orang Yahudi, sehingga mereka dimurkai Allah ( Maghdhubi ‘Alaihim),
karena mereka mempunyai ilmu, tetapi tidak mengamalkan ilmu
tersebut. Kemudian fitnah ini merembet kepada kaum muslimin dan menimpa
sebagian orang-orang yang berilmu tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya, bahkan
cenderung untuk bermaksiat dan lebih mementingkan kehidupan dunia daripada
akherat.
Ø Keenam
:
مِنَ الجِنَّةِ
وَالنَّاسِ
“ Dari
golongan jin dan manusia.”
Allah
menerangkan pada ayat keenam ini bahwa yang membisikan ke dalam dada manusia
itu adalah syetan dari golongan jin dan dari golongan manusia.
Ini sesuai dengan firman Allah :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا
لِكُلِّ نَبِيِّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ الإِنْسِ وَالجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى
بَعْضٍ زُخْرُفَ القَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu.” (QS. Al-An’am: 112)
Adapun Iblis
berasal dari golongan Jin, sebagaimana dalam firman Allah :
إِذْ قُلْنَا
لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ
الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
“ Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia
adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah
Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin
selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” ( Qs al-Kahfi : 50 )
Dari dua ayat
di atas bisa disimpulkan bahwa iblis dan syaitan adalah dua istilah yang mempunyai
titik berbeda dan kesamaan. Perbedaannya adalah syetan terdiri dari
dua golongan ; golongan manusia dan jin, sedangkan iblis dari golongan jin
saja. Sedangkan titik kesamaannya adalah bahwa kedua-duanya berasal dari
golongan jin. Jadi, syaitan lebih umum dari iblis.
Penutup
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar